Kota Jogja yang meruapakan kota berbudaya dan penuh dengan spiritualitas yang terjalin erat dalam kehidupan masyarakat selalu membuat kita terpesona. Dalam hiruk pikuk modernisasi, aroma kesakralan kota Jogja terasa masih sangat kuat terutama pada ucapara upacara adat yang terus dilestarikan. Upacara ini tidak hanya sekedar ritual tapi itu adalah manifestasi dari keyakinan, sejarah dan bagian dari menghormati para leluhur serta alam.
Salah satu yang menarik pada wisata di Jogja adalah melihat langsung upacara adat di Jogja, dengan begitu kita semua dapat menyelami esensi kota ini. Di bawah ini kami bahas beberapa upacara adat yang menunjukan keistimewaan dan kesakralan kota Yogyakarta.
1. Upacara Labuhan
Upacara Labuan adalah upacar ritual yang di selenggarakan oleh Keraton Yogyakarta yang merupakan bentuk persembahan kepada alam di pantai selatan dan Gunung Merapi. Labuan ini dilaksanakan di Pantai Parangkusumo, Gunung merapi dan Lawu. Kapan acara upacara ini diadakan? Biasanya diadakan saat memperingati hari ulang tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X, upacara ini adalah simbolik hubungan spiritual antara Sultan dan Ghoib. Sebagai simbol persembahan sultan memberikan potongan rambut, kuku, serta pakaian yang di larung di pantai selatan.
2. Upacara Garebeg
Selanjutnya ada upacara Gerebeg Maulud, acara ini diselenggarakan saat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini merupakan upacara yang sangat di nantikan oleh masyarakat Jogja dan sekitarnya. Sebagai puncak acara ini di lakukan kirab gunungan yaitu adalah tumpeng besar yang berisi hasil bumi. Gunungan ini nantinya akan diarak dari Keraton meunju Masjid Agung Kauman, setelah selesai acara gunungan ini akan diperebutkan oleh masyarakat. Konon katanya isi gunungan itu membawa keberkahan dan rezeki.
Untuk anda yang ingin mengunjungi bersama rombongan dari luar kota Jogja, bisa menggunakan sewa bus jogja dari kami. Kami akan mengantarkan anda dan memberikan rute terbaik dan terdekat menuju pusat upacara. Karna dalam kondisi tersebut, keadaan jalanan akan macet dan padat sekali. Ribuan masyarakat Jogja dan wisatawan akan memadati nya.
3. Upacara Jamasan Pusaka
Setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa, Keraton Yogyakarta menyelenggarakan Upacara Jamasan Pusaka. Ritual ini adalah prosesi pembersihan atau pencucian benda-benda pusaka milik Keraton, seperti keris, tombak, dan kereta kencana. Air yang digunakan untuk menjamas pusaka dianggap sakral. Upacara ini bukan hanya sekadar membersihkan benda, melainkan juga wujud penghormatan terhadap warisan leluhur dan menjaga kesaktian pusaka.

4. Upacara Grebeg Malud (Sekaten)
Grebeg Maulud merupakan rangkaian perayaan Sekaten yang berlangsung selama seminggu penuh. Acara ini diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Puncak acara adalah kirab dua gamelan pusaka Keraton, Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga, dari Keraton menuju Masjid Agung Kauman. Selama seminggu, gamelan ini akan ditabuh secara bergantian di halaman masjid. Rangkaian acara Sekaten juga diisi dengan pasar malam tradisional yang selalu ramai pengunjung.
5. Upacara Tedhak Siten
Tedhak Siten adalah upacara adat Jawa yang khusus diadakan untuk anak balita. Ritual ini diselenggarakan saat seorang anak memasuki usia 7 bulan menurut hitungan kalender Jawa atau 8 bulan dalam kalender Masehi. Upacara ini melambangkan prosesi anak yang pertama kali menapakkan kakinya di tanah. Rangkaian Tedhak Siten penuh makna, mulai dari anak yang menaiki tangga dari tebu, masuk ke dalam kurungan ayam, hingga memilih barang-barang yang ada di dalamnya, yang dipercaya dapat meramalkan masa depan sang anak.
Baca Juga: Rekomendasi Wisata Gunungkidul Jogja
6. Upacara Tumplak Wajik
Tumplak Wajik adalah upacara yang dilakukan Keraton Yogyakarta sebagai pertanda dimulainya prosesi pembuatan gunungan. Upacara ini dilaksanakan dua hari sebelum puncak Grebeg Maulud. Wajik, sejenis kue tradisional yang terbuat dari beras ketan dan gula merah, menjadi simbol utama. Ritual ini bukan hanya persiapan fisik, tetapi juga spiritual, dengan iringan doa dan lantunan Gending Monggang yang sakral, memohon kelancaran dan keselamatan dalam rangkaian upacara Grebeg.
Dengan memahami dan menyaksikan langsung upacara-upacara ini, kita bisa merasakan denyut spiritual Jogja. Kesakralan yang terwujud dalam setiap gerak dan ritual adalah bukti bahwa Jogja bukan hanya kota wisata, baik yang terdiri dari desa wisata jogja, wisata budaya tetapi juga penjaga tradisi yang kokoh, menuntun kita untuk lebih menghargai warisan budaya dan kearifan lokal.











